Kategori Ar-Rasaa-il Hukum
KELEMAHAN HADITS-HADITS TENTANG FADHILAH YAASIIN
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2
HADITS KESEPULUH
ãóäú ÞóÑóÃó íóÓ ßõáøó áóíúáóÉò ÛñÝöÑó áóåõ.
[10]. “Artinya : Barangsiapa membaca surat Yaasiin setiap malam, niscaya diampuni (dosa)nya.” [HR. Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman]
Keterangan: HADITS INI (ÖóÚöíúÝñ) LEMAH
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir hadits no. 5788 dan Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah no. 4636.
HADITS KESEBELAS
Åöäøó Çááøóåó ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì ÞóÑóÃó Øå æíóÓ ÞóÈúáó Ãóäú íóÎúáõÞó ÂÏóãó ÈöÃóáúÝóíú ÚóÇãò ÝóáóãøóÇ ÓóãöÚóÊö ÇáúãóáÇóÆößóÉõ ÇáúÞõÑúÂäó ÞóÇáõæúÇ: ØõæúÈóì öáÃõãøóÉò íóäúÒöáõ åóÐóÇ Úóáóíúåöãú æóØõæúÈóì öáÃóáúÓõäò ÊóÊóßóáøóãõ ÈöåóÐóÇ æóØõæúÈóì öáÃóÌúæóÇÝò ÊóÍúãöáõ åóÐóÇ.
[11]. “Artinya : Sesungguhnya Allah Ta’ala membaca surat Thaaha dan Yaasiin 2000 (dua ribu) tahun sebelum diciptakan-nya Nabi Adam. Tatkala para Malaikat mendengar al-Qur-an (yakni kedua surat itu) seraya berkata: ‘Berbahagialah bagi ummat yang turun al-Qur-an atas mereka, alangkah baiknya lidah-lidah yang berkata dengan ini (membacanya) dan baiklah rongga-rongga yang membawanya (yakni menghafal kedua surat itu).
Keterangan: HADITS INI (ãõäúßóÑñ) MUNKAR
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Darimi (II/456), Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid (no. 328), Ibnu Hibban dalam kitab adh-Dhu’afa (I/108), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 607), al-Baihaqy dalam al-Asma’ wash Shifat (I/365) dan ath-Thabrany dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 4873), dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Dzakwan dari Maula al-Huraqah.” Kata Ibnu Khu-zaimah: “Namanya Abdur Rahman bin Ya’qub bin al-‘Ala’ bin Abdur Rahman dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam...”
Matan hadits ini maudhu’ (palsu). Kata Ibnu Hibban: “Matan hadits ini palsu dan sanadnya sangat lemah, ka-rena ada dua rawi lemah:
[1]. Ibrahim bin Muhajir bin Mismar.
Kata Imam al-Bukhari: “Ia munkarul hadits.”
Kata Imam an-Nasa-i: “Ia perawi lemah.”
Kata Ibnu Hibban: “Ia sangat munkar haditsnya.”
Kata Ibnu Hajar: “Ia perawi lemah.”
Periksa: Mizaanul I’tidal (I/67), Taqribut Tahdzib (I/67 no. 255).
[2]. ‘Umar bin Hafsh bin Dzakwan.
Kata Imam Ahmad: “Kami tinggalkan haditsnya dan kami bakar.”
Kata Imam ‘Ali Ibnul Madani: “Ia seorang rawi yang tidak tsiqah.”
Kata Imam an-Nasa-i: “Ia rawi matruk.”
Periksa: Mizaanul I’tidal (III/189). Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1248).
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Hadits ini gharib dan munkar, karena Ibrahim bin Muhajir dan Syaikhnya (yaitu, ‘Umar bin Hafsh) diperbincangkan (oleh para ulama hadits).”
Lihat Tafsiir Ibni Katsir (III/141).
HADITS KEDUA BELAS
ãóäú ÓóãöÚó ÓõæúÑóÉó íóÓ ÚóÏóáóÊú áóåõ ÚöÔúÑöíúäó ÏöíúäóÇÑðÇ Ýöíú ÓóÈöíúáö Çááøóåö æóãóäú ÞóÑóÃóåóÇ ÚóÏóáóÊú áóåõ ÚöÔúÑöíúäó ÍóÌøóÉð æóãóäú ßóÊóÈóåóÇ æóÔóÑöÈóåóÇ ÃóÏúÎóáóÊú ÌóæúÝóåõ ÃóáúÝó íóÞöíúäò æóÃóáúÝó äõæúÑò æóÃóáúÝó ÈóÑóßóÉò æóÃóáúÝó ÑóÍúãóÉò æóÃóáúÝó ÑöÒúÞò æóäóÜÒóÚóÊú ãöäúåõ ßõáøó Ûöáøò æóÏóÇÁò .
[12]. “Artinya : Barangsiapa mendengar bacaan surat Yaasiin, ia akan diberi ganjaran 20 Dinar pada jalan Allah. Dan barang siapa yang membacanya diberi ganjaran kepadanya laksana ganjaran 20 kali melakukan ibadah Haji. dan barang siapa yang menuliskannya kemudian ia meminum airnya maka akan dimasukkan kedalam rongga dadanya seribu keyakinan, seribu cahaya, seribu berkah, seribu rahmat, seribu rizki, dan dicabut (dihilangkan) segala macam kesulitan dan penyakit.”
Keterangan: HADITS INI (ãóæúÖõæúÚñ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Khatib dari ‘Ali, lalu ia berkata: “Hadits ini palsu.”
Ibnu ‘Adiy berkata: “Dalam sanadnya ada rawi yang tertuduh memalsukan hadits, yaitu Ahmad bin Harun.”
Mizaanul I’tidal (I/162).
Dalam sanad hadits ini terdapat Isma’il bin Yahya al-Baghdadi, Shalih bin Muhammad Jazarah berkata: “Ia (Isma’il) sering memalsukan hadits.” Imam Daraquthni berkata: “Ia seorang tukang dusta dan matruk.” Imam al-Azdiy berkata: “Ia salah seorang tukang dusta, dan tidak halal meriwayatkan daripadanya.”
Periksa: Al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauzi (I/246-247) dan Mizaanul I’tidal (I/253-254).
HADITS KETIGA BELAS
íóÓ áöãóÇ ÞõÑöÃóÊú áóåõ.
[13]. “ Artinya : Surat Yaasiin itu bisa memberi manfaat bagi sesuatu tujuan yang dibacakan untuknya.”
Keterangan: HADITS INI (áÇó ÃóÕúáó áóåõ) TIDAK ADA ASALNYA
Periksa: Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh ‘Ali al-Qari’ (no. 414 hal. 215-216), ta’liq: Abdul Fattah Abu Ghuddah.
Kata Imam as-Sakhawi: “Hadits ini tidak ada asalnya.”
Periksa: Al-Maqaashidul Hasanah (no. 1342).
HADITS KEEMPAT BELAS
íóÓ ÞóáúÈõ ÇáúÞõÑúÂäö áÇóíóÞúÑóÃõåóÇ ÑóÌõáñ íõÑöíúÏõ Çááøóåó æóÇáÏøóÇÑó ÇúáÂÎöÑóÉó ÅöáÇøó ÛõÝöÑó áóåõ æóÇÞúÑóÄõæúåóÇ Úóáóì ãóæúÊóÇßõãú .
[14]. “Artinya : Surat Yaasiin itu hatinya al-Qur-an, tidaklah seseorang membacanya karena mengharapkan keridhaan Allah dan negeri akhirat (Surga-Nya), melainkan akan diampuni dosanya. Oleh karena itu, bacakanlah surat Yaasiin itu untuk orang-orang yang akan mati di an-tara antara kalian.”
Keterangan: HADITS INI (ÖóÚöíúÝñ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (V/26) dan an-Nasa'i dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah (no. 1083) dari jalan Mu’tamir, dari ayahnya, dari seseorang, dari AYAH-NYA, dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ....”
Dalam hadits ini ada tiga orang yang majhul (tidak di-ketahui namanya dan keadaannya). Jadi, hadits ini lemah dan tidak boleh dipakai.
Periksa: Fat-hur Rabbani (VII/63).
HADITS KELIMA BELAS
ÇöÞúÑóÃõæúÇ íóÓ Úóáóì ãóæúÊóÇßõãú.
[15]. “Artinya : Bacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan mati di antara kalian.”
Keterangan: HADITS INI (ÖóÚöíúÝñ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (V/26-27), Abu Dawud (no. 3121), Ibnu Abi Syaibah, an-Nasa-i dalam Amalil Yaum wal Lailah (no. 1082), Ibnu Majah (no. 1448), al-Hakim (I/565), al-Baihaqi (III/383) dan ath-Thayalisi (no. 973), dari jalan Sulaiman at-Taimi, dari ABU UTSMAN (bukan an-Nahdi), dari AYAHNYA dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ...”
Hadits ini LEMAH, karena ada tiga sebab yang menjadikan hadits ini lemah:
[1]. ABU ‘UTSMAN seorang rawi majhul.
[2]. AYAHNYA juga majhul.
[3]. Hadits ini mudhtarib (goncang) sanadnya.
Penjelasan Para Imam Ahli Hadits Tentang Hadits Ini
[1]. Tentang ABU UTSMAN
Kata Imam adz-Dzahabi: “Abu ‘Utsman rawi yang tidak dikenal (majhul).”
Ali Ibnul Madini: “Tidak ada yang meriwayatkan dari Abu Utsman melainkan Sulaiman at-Taimi.”
Maksud Ibnul Madini ialah: Bahwa Abu ‘Utsman ini majhul.
Periksa: Mizaanul I’tidaal (IV/550), Tahdziibut Tahdziib (XII/182) dan Irwaa-ul Ghaliil fii Takhriji Ahaadits Manaris Sabil (III/151, no. 688).
Kata Ibnul Mundzir: “Abu Utsman dan bapaknya bukan orang yang masyhur (tidak dikenal).”
Lihat ‘Aunul Ma’bud (VIII/390).
Kata Imam Ibnul Qaththan: “Hadits ini ada ‘illat (penyakit)-nya, serta hadits ini MUDHTHORIB (goncang) dan Abu ‘Utsman majhul.”
Kata Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dan ad-Daraquthni: “Hadits dha’if isnadnya dan majhul, dan tidak ada satupun hadits yang shahih dalam bab ini (yakni dalam bab membacakan Yaasiin untuk orang yang akan mati).”
Periksa: Talkhisus Habir ma’asy Syahril Muhadzdzab (V/110), Fat-hur Rabbani (VII/63) Irwaa-ul Ghaalil (III/151).
Kata Imam an-Nawawi: “Isnad hadits ini dha’if, di dalamnya ada dua orang yang majhul (Abu ‘Utsman dan bapaknya).”
Lihat al-Adzkaar (hal. 122).
[2]. Tentang bapaknya Abu Utsman.
Ia ini rawi yang mubham (seorang rawi yang tidak diketahui namanya). Ia dikatakan majhul oleh para ulama Ahli Hadits, karena selain tidak diketahui na-manya juga tidak diketahui tentang biografinya.
[3]. Hadits ini MUDHTARIB.
Hal ini karena di sebagian riwayat disebutkan: Dari Abu Utsman, dari ayahnya, dari Ma’qil bin Yasar. Sedangkan riwayat lain menyebutkan dari Abu Utsman dari Ma’qil tanpa menyebut dari ayahnya.
Kesimpulan: Hadits ini lemah dan tidak boleh dipakai hujjah.
HADITS KEENAM BELAS
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya (IV/ 105) dari jalan Shafwan. Ia (Shafwan) berkata:
ÍóÏøóËóäöí ÇáúãóÔúíóÎóÉõ Ãóäøóåõãú ÍóÖóÑõæúÇ ÛõÖóíúÝó Èúäó ÇáúÍóÇÑöËö ÇáËøõãóÇáöíøó Íöíäó ÇÔúÊóÏøó ÓóæúÞõåõ ÝóÞóÇáó åóáú ãöäúßõãú ÃóÍóÏñ íóÞúÑóÃõ íÓ ÞóÇáó ÝóÞóÑóÃóåóÇ ÕóÇáöÍõ Èúäõ ÔõÑóíúÍò ÇáÓøóßõæäöíøõ ÝóáóãøóÇ ÈóáóÛó ÃóÑúÈóÚöíäó ãöäúåóÇ ÞõÈöÖó ÞóÇáó: ÝóßóÇäó ÇáúãóÔúíóÎóÉõ íóÞõæáõæäó ÅöÐóÇ ÞõÑöÆóÊú ÚöäúÏó ÇáúãóíøöÊö ÎõÝøöÝó Úóäúåõ ÈöåóÇ¡ ÞóÇáó ÕóÝúæóÇäõ: æóÞóÑóÃóåóÇ ÚöíÓóì Èúäõ ÇáúãõÚúÊóãöÑö ÚöäúÏó ÇÈúäö ãóÚúÈóÏò.
[16]. “Artinya : Telah berkata kepadaku beberapa Syaikh bahwasanya mereka hadir ketika Ghadhief bin Harits mengalami naza’ (sakaratil maut), seraya berkata: ‘Siapakah dari antara kamu yang dapat membacakan surat Yaasiin?’ Lalu Sholeh bin Syuraih as-Sakuni membacakannya. Maka, ketika sampai pada ayat ke-40, ia (Ghadhief) wafat. Shafwan berkata: Para Syaikh berkata: ‘Bila dibacakan surat Yaasiin di sisi orang yang mau meninggal, niscaya diringankan bagi si mayyit (keluarnya ruh) dengan sebab bacaan itu.’ Kata Shafwan: ‘Kemudian ‘Isa bin Mu’tamir membacakan surat Yaasiin di sisi Ibnu Ma’bad.’” [HR. Ahmad (IV/105)]
Keterangan: RIWAYAT INI (ãóÞúØõæúÚñ) MAQTHU’
Yakni riwayat ini hanya sampai kepada tabi’in, tidak sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan riwayat maqthu’ tidak bisa dijadikan hujjah. Apalagi ri-wayat ini juga LEMAH, karena beberapa Syaikh yang disebutkan itu MAJHUL, tidak diketahui nama dan kea-daan diri mereka masing-masing. Jadi, riwayat ini LEMAH DAN TIDAK BISA DIPAKAI.
Lihat Irwaa-ul Ghalil (III/151-152).
HADITS KETUJUH BELAS
ãóÇ ãöäú ãóíøöÊò ÝóíõÞúÑóÃõ ÚöäúÏóåõ íóÓ ÅöáÇøó åóæøóäó Çááøóåõ Úóáóíúåö.
[17]. ”Artinya : Tidak ada seorang pun yang akan mati, lalu dibacakan surat Yaasiin, di sisinya (yaitu ketika ia sedang naza’) melainkan Allah akan mudahkan (kematian) atasnya.”
Keterangan: HADITS INI (ãóæúÖõæúÚñ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ahsbahan (I/188) dari jalan MARWAN BIN SALIM ALJAZAIRI dari Shafwan bin ‘Amr dari Syuraih dari Abu Darda secara marfu’.
Dalam sanad hadits ini ada seorang rawi yang sering memalsukan hadits, yaitu MARWAN BIN SALIM AL-JAZAIRI.
Kata Imam Ahmad dan an-Nasa-i: “Ia tidak bisa dipercaya.”
Kata Imam al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hatim: “Ia munkarul hadits.”
Kata Abu Arubah al-Harrani: “Ia sering memalsukan hadits.”
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/90-91). Lihat juga Irwaa'ul Ghalil (III/152).
PENJELASANM IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH TENTANG FADHILAH-FADHILAH SURAT
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H) berkata: “(Riwayat-riwayat) yang menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan (fadhaa'il) surat-surat dan ganjaran bagi orang yang membaca surat ini akan mendapat pahala begini dan begitu dari awal al-Qur'an sampai akhir sebagaimana yang disebutkan oleh Tsa’labi dan Wahidi pada awal tiap-tiap surat dan Zamakhsyari pada akhir surat, semuanya ini kata ‘Abdullah bin Mubarak: ‘Semua hadits yang mengatakan: ‘Barang siapa yang membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini dan begitu.... SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Mereka (para pemalsu hadits) mengatasnamakan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya orang-orang yang membuat hadits-hadits itu telah mengakui mereka memalsukannya.’”
Mereka berkata: “Tujuan kami membuat hadits-hadits palsu agar manusia sibuk dengan (membaca al-Qur'an) dan menjauhkan (kitab-kitab) selain al-Qur'an.” Mereka (para pemalsu hadits) adalah orang-orang yang sangat bodoh!!! Apakah mereka tidak tahu hadits:
ãóäú íóÞõáú Úóáóíøó ãóÇáóãú ÃóÞõáú¡ ÝóáúíóÊóÈóæøóÃú ãóÞúÚóÏóåõ ãöäó ÇáäøóÇÑö.
“Artinya : Barangsiapa yang berkata apa yang aku tidak katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” [Hadits Mutawatir]
Periksa: Al-Manarul Muniif fis Shahih wadh Dhai’if hal. 113-115, tahqiq: Abdul Fattah Abu Ghaddah.
KHATIMAH
Hadits-hadits tentang fadhilah surat Yaasiin adalah LEMAH dan PALSU, sebagaimana yang sudah saya terangkan di atas. Oleh karena itu hadits-hadits tersebut tidak bisa dipakai hujjah untuk menyatakan keutamaan surat ini dari surat-surat yang lain dan tidak bisa pula untuk menetapkan ganjaran atau penghapusan dosa bagi yang membaca surat ini. Tentang masalah mendapat ganjaran bagi orang yang membaca al-Qur'an memang ada, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ãóäú ÞóÑóÃó ÍóÑúÝðÇ ãöäú ßöÊóÇÈö Çááåö Ýóáóåõ Èöåö ÍóÓóäóÉñ¡ æóÇáúÍóÓóäóÉõ ÈöÚóÔúÑö ÃóãúËóÇáöåóÇ¡ áÇó ÃóÞõæúáõ: Âáã ÍóÑúÝñº æóáóßöäú: ÂáöÝñ ÍóÑúÝñ¡ æóáÇóãñ ÍóÑúÝñ¡ æãöíúãñ ÍóÑúÝñ.
“Artinya : Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur-an, akan mendapatkan suatu kebaikan. Sedang satu keba-ikan akan dilipatkan sepuluh kali lipat. Aku tidak berkata, Alif laam miim, satu huruf. akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf. [HR. At-Tirmidzi (no. 2910). Lihat pula Shahih at-Tirmidzi (III/9) dan Shahih al-Jaami’ush Shaghir (no. 6469), dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu]
Sesudah kita membaca, kita diperintah untuk memahami isi al-Qur'an. Karena Allah memerintahkan untuk mentadabburkan dan mengamalkan isi al-Qur'an.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan al- Qur'an? Kalau kiranya al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An-Nisaa’: 82]
"Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an atau-kah hati mereka terkunci?” [Muhammad: 24]
[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
_______
MARAJI’
[1]. Tafsir Ibni Katsir, cet. Daarus Salaam, th. 1413 H.
[2]. Shahih al-Bukhari.
[3]. Shahih Muslim.
[4]. Sunan ad-Darimi.
[5]. Sunan at-Tirmidzy.
[6]. Sunan Abi Dawud.
[7]. Sunan Ibni Majah.
[8]. Musnad Imam Ahmad, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.
[9]. Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
[10]. Musnad Abi Dawud ath-Thayalisy, cet. Daar Hajr, tahun 1419 H.
[11]. Kitaabus Sunnah libni ‘Ashim, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany, th. 1413 H.
[12]. Shahih Jami’ush Shaghiir, oleh Imam Muhammad Na-shiruddin al-Albany.
[13]. Al-Maudhu’atul Kubra’, oleh Imam Ibnul Jauzy, cet. Daarul Fikr, th.1403 H.
[14]. Al-Fawa'idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah, oleh Imam asy-Syaukany, tahqiq: Syaikh ‘Abdurrahman al-Mu’allimy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1407 H.
[15]. Mizanul I’tidal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: ‘Ali Muhammad al-Bajaawy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
[16]. Lisanul Mizan, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
[17]. Tuhfatudz Dzaakiriin Syarah Imam asy-Syaukany, cet. Daarul Fikr.
[18]. Misykatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy, ta’liq wa takhrij Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
[19]. Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lany, cet. Daarul Fikr.
[20]. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqa-lany, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
[21]. Syu’abul Iman, oleh Imam al-Baihaqy.
[22]. Dha’if Jami’ush Shaghir, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
[23]. Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
[24]. At-Tauhid, oleh Ibnu Khuzaimah.
[25]. Adh-Dhu’afa’, oleh Ibnu Hibban.
[26]. Asma’ wash Shifat, oleh Imam al-Baihaqy.
[27]. Al-Mu’jamul Ausath, oleh Imam ath-Thabrany.
[28]. Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil haditsil Maudhu’, oleh Imam Ali al-Qari’, tahqiq: ‘Abdul Fattah Abu Ghaddah, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th. 1398 H.
[29]. Al-Maqashidul Hasanah fii Bayaan Katsir minal Ahaadits Musytahirah ‘alal Alsinah, oleh Syaikh Muhammad ‘Abdurrahman as-Sakhawy, tahqiq: Muhammad ‘Uts-man al-Khusyt, cet. Daarul Kitaab al-‘Araby, th. 1414 H.
[30]. Fat-hur Rabbany, oleh Syaikh Abdurrahman al-Banna.
[31]. Amalil Yaum wal Lailah, oleh Imam an-Nasa-i.
[32]. Shahih al-Adzkaar wa Dha’iifuhu, oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly.
[33]. Kitabul Adzkaar, oleh Imam an-Nawawy.
[34]. Irwaa'ul Ghaliil, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
[35]. Shahih at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany, cet. I Maktabah at-Tarbiyah al-‘Arabi lid Duwal al-Khalij, th. 1409 H.
[36]. ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud, oleh Abuth Thayyib Syamsul Haq al-‘Azhim Abady, cet. Daarul Fikr, th. 1415 H.
CHM Al-Manhaj Versi 3.8 Online melalui www.alquran-sunnah.com.